Awan cumulonimbus, atau yang juga dikenal sebagai awan badai petir ini memiliki karakter yang sangat unik. Selain ukurannya yang fantastis dan dapat menimbulkan badai serta petir dahsyat, ternyata proses pembentukan awan ini juga cukup menarik untuk dikulik lebih detail.
Lantas, bagaimana sebenarnya asal muasal terbentuknya awan cumulonimbus yang menakjubkan ini? Untuk itu mari kita telisik proses unik di balik lahirnya awan cumolonimbus:
Awan cumulonimbus berawal dari aktifitas panas matahari di siang hari. Sinar ultraviolet dari sang surya ini menyinari dan memanaskan permukaan bumi. Panas yang dihasilkan kemudian menguapkan air dari danau, sungai, lautan, maupun embun pagi di darat.
Uap air ini kemudian terangkat ke udara bebas hingga mencapai lapisan atmosfer bumi. Di lapisan bawah atmosfer yang disebut troposfer ini, uap air berkumpul dan mulai membentuk gumpalan-gumpalan awan kecil. Para ahli menyebutnya sebagai tahap awan cumulus, yaitu awan gumpal seperti kapas yang putih bersih.
Kumpulan uap air ini terus mengembang ke atas hingga mencapai titik jenuh. Titik dimana udara tidak sanggup lagi menampung uap air sehingga terjadi kondensasi yang mengubah wujud uap menjadi titik-titik air. Inilah awal mula terbentuknya awan cumulonimbus.
Selanjutnya, awan cumulus ini terus membesar karena suplai uap air tak henti-hentinya dari bawah. Volume awan kian besar dan tinggi hingga membentuk menara raksasa yang sangat gelap. Tingginya bisa melebihi ketinggian gunung tertinggi di dunia.
Di bagian tengah dan atas awan yang sangat tebal ini, terdapat butiran-butiran es akibat suhu yang sangat rendah. Butiran es inilah yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan es atau hujan batu akibat tertarik gravitasi bumi.
Medan listrik juga terbangkitkan di sekitar pusat awan cumulonimbus. Awan dengan muatan listrik positif dan negatif yang saling tarik-menarik ini mengakibatkan timbulnya kilat dan suara guruh petir yang maha dahsyat.
Fenomena kilat dan petir inilah yang menjadi ciri khas awan cumulonimbus sehingga ia juga dijuluki sebagai awan badai petir.
Gemuruh dan cahaya kilat yang dihasilkan benar-benar seperti dunia sedang kiamat! Bukan hanya badai petir saja, awan cumulonimbus juga bisa melahirkan puting beliung, tornado, dan angin kencang. Semua bencana ini berasal dari pergerakan udara yang sangat ektrim di sekitar tubuh raksasa awan cumulonimbus.
Begitulah kira-kira proses terbentuknya awan cumolonimbus beserta fenomena alam ekstrim yang dihasilkannya. Sungguh proses penciptaan awan raksasa ini cukup unik ya! Kita patut bersyukur kepada sang kuasa atas keajaiban ciptaan-Nya yang satu ini.
Meski dikenal sebagai pembawa petaka, ternyata ada dampak positif yang ditimbulkan dari kehadiran awan cumulonimbus ini bagi kehidupan di bumi. Hujan deras dari awan cumulonimbus misalnya, sangat bermanfaat bagi ekosistem daratan.
Air hujan yang melimpah ruah ini mampu menyuburkan tanah yang tandus dan kering. Dengan demikian, tanaman dan hewan di sekitar lokasi turunnya hujan cumulonimbus akan subur dan berlimpah. Selain itu, hujan lebat juga berfungsi mendinginkan suhu udara di sekitarnya yang tadinya panas terik akibat sengatan matahari.
Dengan turun hujan dan berhembusnya angin kencang, suhu udara menjadi jauh lebih sejuk. Manusia dan mahluk hidup lainnya tentu sangat menikmati suasana dingin pasca hujan dari awan cumulonimbus ini.
Efek pendinginan suhu global juga dirasakan berkat hadirnya awan-awan cumulonimbus. Awan tebal berlapis-lapis ini mampu menghalangi sebagian sinar matahari menerobos langsung ke permukaan bumi. Akibatnya, pemanasan global sedikit terbendung meskipun sesaat. Terakhir, kilat yang dihasilkan awan cumulonimbus juga berperan positif bagi lingkungan.
Listrik statis dari kilat ini ternyata sangat baik dalam menyuburkan tanah pertanian. Hal itu karena dalam kilat mengandung unsur nitrogen bebas yang sangat berguna bagi kesuburan tanah dan tanaman. Nah, begitulah ulasan manfaat positif kehadiran awan cumulonimbus bagi kehidupan di bumi yang mungkin jarang diketahui.
Jadi meski kadang mendatangkan malapetaka, pada dasarnya fenomena alam ini tetap dibutuhkan demi menjaga keseimbangan ekosistem planet bumi tercinta.