Studentsforchanges – Dari awal, di antara musik yang paling saya suka, ada lagu-lagu Ariel Noah, yang sebelum berganti nama lebih dikenal sebagai Peterpan. Tak ayal, banyak yang mengidolakan Ariel, karena lagu-lagunya dan pesona penyanyinya. Dan juga kharisma Ariel yang tak pernah pudar. Dalam musik dangdut, ada irama Rhoma, sebagai raja dangdut.
Ketika, saya mendengarkan musik, di kantor, di pertemuan sesama guru. Tentu saja, lagu Ariel Noah, saya mainkan. Di kalangan guru bahkan ada stigma bahwa mencintai lagu-lagu Ariel menimbulkan jiwa petualang.
Petualang, apa? Tag para petualang, cuma gara-gara suka lagu Ariel Noah, kelewatan. Bagi sebagian orang, mendengarkan lagu Ariel Noah bisa menginspirasi, memotivasi mereka untuk berkarya.
Tak hanya, konotasinya, sekali lagi mabuk cinta. Lebih cinta dengan seseorang, yang didambakan di hati. Suasana, ketika Anda mendengarkan lagu, berbeda. Setiap orang memiliki musik favorit mereka. Baik itu lagu jadul, lagu rock, dangdut, slow pop, bahkan ada yang menyukai musik keroncong.
Sebenarnya, ada penata rambut di kotaku. Ketika dia bekerja, dia mencukur rambutnya, semua kamar dihiasi dengan gambar Rhoma Irama, dan semua lagu raja dangdut dimainkan dengan musik.
Penampilan saat bercukur, memakai pakaian bak raja dangdut, dengan celana prai yang dipotong. Dan rambut keriting, ala idola. Ini adalah ekspresi yang ditampilkan tukang cukur untuk menarik pengunjung.
Penampilannya yang unik membuat anak kecil senang bercukur dengannya. Artinya, terkadang seseorang yang diidolakan bisa menjadi sumber inspirasi bagi yang mengidolakannya, sebagai stimulan dan nilai positif bagi yang berminat.
Terkadang ketika kita menyukai sebuah karya musik yang mungkin tidak senada dengan yang lain, kita mungkin dianggap vulgar karena menyukai lagu metal, terlalu vulgar karena menyukai lagu dangdut.
Dalam tayangan podcast di channel youtube, ia mengaku saat menulis lirik lagu tersebut terinspirasi dari puisi Kahlil Gibran. Kahlil Gibran, yang menginspirasi Ariel Noah, adalah penyair besar dunia dari Lebanon.
Saya suka lagu-lagu Nike Ardila, sebelum hits Ariel Noah. Tapi begitulah selera musik dari genre tertentu terkadang membuat orang yang menyukainya terlalu menghargai. Di akhir artikel ini saya sertakan link lagu Ariel Noah, untuk Kompasianer, untuk menemani kita bekerja di malam hari. Untuk lagu, ini adalah yang terbaik untuk didengarkan.
Sumber: